Senin, 21 Maret 2011

Bahaya Egosentrisme

Profesor Howard Gardner, seorang jenius dari Harvard University yang dikenal juga sebagai Bapak Kecerdasan Majemuk pernah suatu saat mengemukakan dalam bukunya "Five Minds for the Future" bahwa orang yang terlalu mendewa-dewakan sains dan teknologi sama seperti burung onta yang menyembunyikan kepalanya di padang pasir yang mengira dirinya aman dari bahaya karena sudah menyembunyikan kepalanya, padahal badannya masih kelihatan.
Menurut Gardner, sains dan teknologi tidak mempunyai sistim nilai, karenanya dia sangat berbahaya jika tidak diseimbangkan dengan nilai-nilai dalam ranah sosial sebagai filter untuk mengakomodir respons positif dari sains yang tanpa nilai itu.
Para pelajar yang terus belajar siang dan malam dengan mengandalkan kekuatan Intelligence Quotient tanpa diperkuat dengan kapasitas moral dan tindakan kongkrit yang beretika, akan kalah dalam pertarungan hidup yang begitu keras, karena dunia tidak bisa dihadapi oleh orang-orang berotak encer tapi oleh mereka-mereka yang berpikiran terbuka dengan kekuatan etika dan moral yang baik. Karena pembelajaran terbaik adalah yang menggunakan Emotional Quotient.
Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita sangat banyak berhubungan dengan sistim nilai yang berkembang dalam komunitas dan tatanan budaya masyarakat kita. Tanpa rasa hormat yang memadai terhadap sistim nilai tersebut, dapat dipastikan kita akan terjungkal ke dalam wilayah tanpa makna yang hanya akan merugikan banyak pihak. Seorang dosen, pelajar, birokrat atau individu yang cerdas secara akademik tapi kecerdasan emosionalnya rendah hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang sekitarnya. Mereka tidak bisa menangkap suasana hati dan perasaan orang lain yang merasa tertekan dengan pola-pola tindakan mereka dalam melayani. Asumsi yang dibangun selama ini adalah apa yang saya lakukan adalah benar dan secara arogan menolak kebebasan berekspresi orang lain, khususnya mereka yang berada pada posisi inferior. Banyak sekali orang-orang yang sombong secara akademis dan tindakannya, tanpa menyadari bahwa kekeliruannya itu dilihat oleh banyak pihak, sehingga reputasi yang sebelumnya dia peroleh sebagai orang terhormat, akan jatuh dengan sendirinya karena arogansi ilmiah dan benteng kesombongan yang dia bangun di sekelilingnya.
Orang-orang yang terlalu berambisi mendapatkan kekuasaan dalam bidang manapun dan status apa pun seringkali terperangkap dalam superioritas ego-nya. Orang-orang seperti ini cerdas secara akademis dan sangat menonjol dalam lingkungannya, tapi semuanya itu hanyalah upaya untuk membangun hegemoni kekuasaan diri yang akan menghalangi orang lain untuk mengembangkan dirinya karena dia merasa inferior ketika melihat ada orang yang lebih superior darinya.
Solusi mengatasi egosentrisme seperti ini adalah memiliki pikiran terbuka, menganggap dirinya tidak lebih daripada orang lain dan dengan rendah hati menganggap di atas langit masih ada langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar